Asal-usul Pulau Sumba


    asal-usul Pulau Sumba Nama Pulau Sumba berasal dari paduan tradisi lisan masyarakat lokal, sejarah yang ditulis oleh penjelajah Eropa, dan armada perang Patih Gajah Mada. Para penjelajah Eropa memberikan sebutan yang berbeda-beda berdasarkan pengamatan terhadap kekayaan dan keunikan alam Sumba.Sebutan penjelajah Eropa untuk Pulau Sumba, yaitu pulau Cendana, pulau Sumba, pulau Subao, pulau Humba,serta pulau Sandelwood. Menurut catatan sejarah, istilah Pulau Sumba muncul pertama kali pada abad ke 14 di masa Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1350, Gajah Mada yang merupakan patih di Kerajaan Majapahit mengucap janji bahwa ia tidak akan makan palapa sebelum mempersatukan nusantara. Pada tahun-tahun itu, armada Gajah Mada menaklukkan Sumatera, Kalimantan, Pulau Seram, Timor hingga Larantuka (Flores Timur). Saat perjalanan pulang ke Jawa, armada Gajah Mada menaklukkan sejumlah daerah, yaitu Bima, Sumbawa, dan Bali. Pada 1357, armada Gajah Mada menaklukkan Dompu (Sumbawa). Diperkirakan di waktu bersamaan, Gajah Mada menaklukkan Sumba. Hal ini tertuang dalam kitab Negarakertagama yang ditulis Empu Prapanca. Dalam kitab tersebut tertulis, "Di sebelah timur tanah Jawa terdapat tanah jajahan; semua kepulauan Makasar serta Buton, Banggawai Kunir, Galian serta Salaya, Sumba, Solot (kemungkinan pulau Solor), Ambon atau pulau Maluku, Seram, Timor beserta pelbagai pulau lainnya", seperti yang dikutip dari laman tribunnewswiki.com. Rupanya dari catatan tersebut, Pulau sudah dikenal sejak Kerajaan Majapahit. Dalam tradisi lisan, di daerah Riang Puho, Kecamatan Tanjung Bunga, Flores Timur terdapat bekas telapak kaki pada sebuah batu yang ukurannya lebih besar dari kaki manusia. Dalam tradisi lisan, masyarakat setempat meyakini bahwa telapak kaki itu adalah bekas telapak kaki Gajah Mada.




        Dari para penunjuk jalan, Antonio Pigafetta, perwira dalam kapal itu sering mendengar nama cendana. Lalu, ia menggambar peta yang diberi nama 'Cendam'. Namun, seorang juru gambar bernama Jacopo Gastaldi menggambar sebuah peta lain yang diberi nama 'Subao'. Kondisi Geografis Pulau Sumba Luas wilayah Pulau Sumba 10.710 km2. Dengan titik tertinggi di Pulau Sumba adalah Gunung Wanggameti (1.225 mdpl). Pulau Sumba memiliki empat kabupaten, yaitu Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten Sumba Barat, dan Kabupaten Sumba Barat Daya. Tradisi Megalitikum di Pulau Sumba Pulau Sumba merupakan wilayah di Indonesia yang masih merawat tradisi megalitikum. Istilah megalitikum berasal dari mega berarti besar dan lithos yang berarti batu. Karenanya, zaman megalitikum disebut sebagai zaman batu besar, yang mana masyarakat menggunakan peralatan dari batu yang ukurannya besar. Pulau Sumba dikenal dengan sebutan negeri 1.000 Megalitik karena beberapa kuburan megalitikum masih dijumpai di wilayah pulau ini. Wilayahnya mulai dari Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya.